POSTING

Jika ingin memberi komentar blog ini mohon kirimkan naskah/ komentar ke

Jumat, 29 Januari 2010

Webblog GKJW: Mau Kemana?

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika membuat website kini hampir sama mudahnya seperti membuat mie instan. Teknologi blog telah memungkinkan orang membuat website tanpa memerlukan pengetahuan teknis seorang websmaster. Orang berbondong-bondong membuat website. Perilaku pun berubah dari sekedar konsumen informasi menjadi pembagi informasi. Hal ini rupanya juga melanda jemaat-jemaat GKJW.
Dalam waktu hampir bersamaan mencullah website (lebih tepatnya blog) milik jemaat -jemaat GKJW . Melalui mesin pencari saya menemukan sembilan jemaat memasuki dunia cyber dengan berbagai macam variasi. Demikian pula beberapa badan pembantu pemuda dan mahasiswa di tingkat Majelis Agung, Majelis Daerah, maupun Majelis Jemaat sudah hadir di jagad maya ini.
GKJW Lumajang, Pandaan, Babatan, Surabaya, Rungkut, dan Pacitan memilih membuat blog melalui layanan gratis macam blogspot.com dan wordpress.com. Kepraktisan dan kehandalan dua mesin blog ini memang membuat pemakainya tidak perlu pusing-pusing memikirkan domain, hosting, atau membayar iuran bulanan lagi.
Sementara GKJW Caruban, Ngagel dan Sidoarjo memilih jalan yang lebih “rumit” untuk memiliki blog. Tiga jemaat ini menggunakan layanan berbayar dengan membeli domain pribadi dan menyewa hosting server untuk meletakkan blognya masing-masing. Meski harus mengeluarkan biaya, pilihan berbayar ini memberi keleluasaan pada pengguna untuk memodifikasi situs sesuai kebutuhan dan keinginan.
Munculnya blog-blog itu tentu suatu langkah positif bagi jemaat bersangkutan. Namun, saya melihat, kebanyakan blog GKJW itu tidak dioptimalkan dan beberapa diantaranya bahkan tidak dipelihara dengan baik. Gejala-gejala yang terlihat ialah:
• Tidak ada update content. Website-website itu ditinggal pengelolanya setelah memuat satu atau beberapa kali tulisan.
• Tidak pernah diisi sama sekali (dibuat namun tidak pernah diisi).
• Update dengan jarak rentang waktu yang panjang dan tidak rutin.
• Hanya berfungsi sebagai website profil gereja, tidak digunakan sebagai alat komunikasi.
Saya tidak tahu apa yang menjadi sebab hal-hal diatas terjadi. Namun, saya menduga, hal tersebut terjadi karena tidak adanya konsep (baca: visi-misi) yang kuat dalam membuat blog jemaat. Selain itu, lemahnya budaya menulis di lingkungan jemaat dapat juga dapat menjadi faktor lain. Selain itu, masih lemahnya budaya ber-internet di jemaat GKJW dapat jadi menjadi faktor yang paling mendukung terbengkalainya media gereja ini.
Untuk Apa Blog Jemaat Dibuat?
Blog sejatinya adalah alat yang sangat efektif untuk mengembangkan sebuah komunitas (baca: jemaat). Seperti media-media gereja lain blog juga dapat digunakan untuk memuat hal-hal yang bersifat informasi, edukasi, persuasi dan hiburan. Lebih dari itu blog dapat digunakan sebagai sarana komunikasi lintas arah.
Komunikasi tersebut dimungkinkan karena adanya fitur komentar yang ada pada tiap tulisan. Disini pembaca dapat terlibat dalam tiap topik yang dibicarakan secara langsung. Sebuah pendapat dapat disanggah secara langsung. Thesis dilawan dengan antithesis; Namun semuanya tetap dalam semangat membangun jemaat. Saya menyamakan hal ini sebagai rembug warga online. Sungguh suatu hal yang sehat dan bertanggung jawab.
Nah, kesadaran akan dashyatnya kemampuan blog tersebut dapat menjadi modal awal dalam membangun visi dan misi blog jemaat. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apa fungsi blog ini nantinya?”, ” Apa isinya?”, atau “Siapa yang mengisinya?” harus dipikirkan dulu oleh jemaat sebelum berpindah ke hal-hal teknis yang cukup ditangani oleh beberapa orang sebagai webmaster/ admin. Setelah visi dan misinya jelas, blog jemaat dibangun.
Sebagai media online milik jemaat, blog seharusnya dikembangkan secara bersama-sama. Blog memungkinkan banyak orang menulis dalam satu blog. Pejabat gereja maupun anggota jemaat biasa semua boleh mengisinya. Selama ini terlihat bahwa hanya webmaster/admin yang mengisi kebanyakan blog GKJW. Hal yang pasti memberatkan jika harus berjuang seorang diri.
Lalu Bagaimana?
Tentu tidak mudah mengajak seluruh anggota jemaat nge-blog karena adanya macam-macam latar belakang jemaat. Namun, sebagai langkah pertama, ada baiknya jemaat membentuk kelompok kecil dari anggota jemaat yang berminat pada komunikasi dan usaha membuat blog jemaat. Komunitas kecil ini kemudian menetapkan aturan main (tentu setelah adanya visi dan misi blog yang jelas). Jika perlu diadakan pelatihan singkat bagaimana mengisi blog ini karena idak semua orang memahami hal-hal teknis meski untuk yang ringan sekalipun. Pembagian topik tulisan (kategori) dipilih dan dilaksanakan secara ketat. Siapa yang mengelola terhadap masing-masing kategori juga ditetapkan. Mereka ini kemudian bertanggungjawab untuk mengisi/mencari content sesuai dengan topik yang dikelola termasuk juga memoderatori komentar-komentar yang masuk.
Dengan demikian blog jemaat akan terpelihara dan terupdate dengan kontinue. Hal ini tentu akan menarik warga jemaat yang lain untuk datang berkunjung berkali-kali (returning visitors). Jika sudah begini akan sangat mudah mengajak anggota jemaat lain ikut berperan aktif karena blog tersebut sudah dianggap sebagai bagian dari diri sendiri. Membangun blog memang menyenangkan untuk pertama kali. Namun bagaimana memelihara dan mengoptimalkan blog untuk perkembangan jemaat jauh lebih penting.
Sumber : www.gkjw.web.id

1 komentar: